Sejarah Marmer Tulungagung Dari biasa sampai populer

Walau marmer Tulungaung telah populer serta mendunia, tidak ada yang mencatat riwayat perubahan industrinya.

Merasakan fakta itu, entrepreneur marmer berupaya membuat riwayat dengan mandiri. Imam kumpulkan info dari beberapa sesepuh desa sampai beberapa perajin pendahulu. pengusaha mencatatnya dalam lima dekade.

Dibukanya rintisan pertambangan marmer oleh pemerintah Tahun 1961, tidak langsung memengaruhi warga seputar karena perusahaan tambang ini berbentuk tertutup untuk umum.

Tetapi makin lama, masyarakat seputar mulai meniti usaha kerajinan marmer dengan mandiri. Awalnya masyarakat meniti pengerjaan teraso. Teraso adalah pecahan bermacam bebatuan memiliki ukuran kecil serta beragam warna. Teraso selanjutnya diterapkan untuk motif lantai.

Hingga saat itu ada arti ubin motif Tulungagung. Teraso banyak juga dipakai untuk makam, bak mandi bikin, pot bunga dan sebagainya. Kurangnya tehnologi memaksakan masyarakat kerjakan semua dengan manual.

Dekade awal tertera Tahun 1962-1972, warga masih memakai alat betel serta palu besar. Pada perubahannya warga bisa membuat kerajinan berbentuk asbak marmer berupa kotak. “Pada generasi awal ini beberapa perajin telah mulai membuat produknya dengan tatah serta palu,” papar pengusaha.

Pemasaran hasil kerajinan dikerjakan dari mulut ke mulut. Beberapa masyarakat pasarkan dengan berjualan keliling ke wilayah lain. Makin lama keindahan marmer makin diketahui, serta banyak disukai dengan luas.

Lanjut pengusaha, dekade ke dua industri rakyat ini seputar Tahun 1972. Dekade ini diikuti dengan perubahan tehnologi pemrosesan marmer, intinya mesin bubut. Mesin bubut pertama-tama diperkenalkan pada perajin binaan pemerintah saat itu, yang dinamakan Argo Binangun.

“Mesin yang digunakan sisa bubut besi yang telah rusak atau tidak presisi. Sebab pembuatan marmer tidak perlu detil seperti bubut besi hingga masih dapat dipakai,” papar pengusaha.

Argo Binangun bertumbuh mengagumkan, karena pertolongan tempat, perbengkelan, pendanaan serta pembinaan tehnik dari pemerintah. Serta Tahun 1975 sampai 1989, barisan ini jadi pusat training tenaga terampil pemrosesan marmer dari semua Indonesia. Generasi ke-2 ini telah kenal showroom untuk memperlihatkan produk beberapa perajin.

Produk yang dibuat juga bertumbuh. Dari mulai tempat sirih, vas bunga, kap lampu, tea set sampai meja bundar. Hasil produksi masyarakat diterapkan langsung di dalam rumah semasing. Dekade ke dua diikuti pemakaian mesin iris batu dengan tenaga diesel.

Tetapi mesin ini terbatas dengan diameter satu mtr.. Bertepatan dengan mesin iris ini, masyarakat telah mulai memakai derek kaki tiga. “Dengan derek tiga kaki, batu besar memiliki ukuran sampai tiga ton bisa ditangani. Masyarakat telah
mulai tinggalkan membelah batu dengan manual,” lanjut pengusaha.

Dekade ke tiga, diawali tahun 1982 diikuti dengan dikenalkannya disk grinder atau seringkali disebutkan masyarakat mesin skrap. Mesin ini membuat beberapa perajin lebih bebas berkreatifitas dengan marmer. Produk yang dibuat bukan hanya berupa silinder, seperti yang dibuat mesin bubut.

Serta tangan-tangan kreatif perajin mulai membuat patung dan relief berbahan marmer. Pengusaha bercerita, perintis kerajinan patung marmer ialah Teguh Gondrong. Dengan background jadi seniman, Teguh banyak membuahkan karya seni.

“Beliau benar-benar idealis hingga karya patungnya bukan hanya yang laku manis di pasar. Dan juga patung-patung nyentrik yang tidak laris di pasar,” kenang Pengusaha.

Karya fantastis Teguh Gondrong ialah patung Kuda Jingkrak. Karya ini paling sukses hingga perajin lain mengadu keberuntungan dengan membuat beberapa ribu karya sama. Sampai sekarang Kuda Jingkrak masih jadi master piece patung marmer Tulungagung.

Dekade ke tiga diikuti kehadiran pematung dari beberapa kota, seperti Blitar, Mojokerto, Pacitan sampai dari Jogjakarta serta Solo. Kehadiran seniman patung asal Jogjakarta serta Solo memiliki terlibat dalam meningkatkan produk marmer Tulungagung. Khususnya untuk bermacam relief.

Waktu itu masyarakat memulai kenal tehnologi gergaji horisontal. Berawal dari kehadiran orang Italia yang pesan meja biliard ukuran besar dalam jumlahnya banyak. Tetapi saat itu perajin terhalang tehnologi pemotongan batu yang terbatas.

“Gergaji potong saat itu ukurannya maksinal 1,3 mtr. saja serta dapat memangkas batu dengan ukuran 90 Cm. Di atas itu belum juga dapat,” tuturnya.

Orang Italia itu yang selanjutnya mengenalkan gergaji horisontal. Dengan gergaji horisontal, batu sebesar apa saja dapat dibelah dengan rapi. Masyarakat mengenalnya dengan nama gergaji osrok sebab suara “osrok-osrok” yang diakibatkan.

Mesin ini dapat membuahkan lempengan batu yang tipis serta memiliki ukuran besar. Gergaji horisontal sebetulnya benar-benar mahal. Tetapi beberapa perajin berkreatifitas dengan membuat mesin sendiri. Mesin penggeraknya beli mesin sisa kapal laut di Surabaya. Sesaat elemen yang lain cari di penjual besi sisa atau loakan. Kreasi ini kerja secara baik serta mendukung perubahan produk.

Booming produksi marmer Tulungagung banyak disukai penjual cenderamata di Bali. Tetapi beberapa wisatawan asing banyak yang cari marmer sampai ke produsennya. Akhirnya, banyak antara mereka yang hadir ke Tulungagung serta lakukan transaksi tanpa ada penghubung.

“Para perajin telah mulai lakukan penjualan langsung ke luar negeri. Awalannya mereka penuhi pesanan beberapa pelancong dari Bali,” cerita Pengusaha.

Beberapa perajin lokal ini mulai membuat showroom marmer dalam ukuran besar. Sesaat di sisi lain, mulai ada persaingan antara mereka. Persaingan ini diikuti dengan timbulnya patung-patung raksasa sebagai lambang kebanggan serta perkembangan usaha mereka, seperti gajah, sapi, kuda serta banteng.

Dekade keempat perkebangan marmer Tulungagung di antara Tahun 1992 sampai 2002. Di waktu ini perajin mulai memakai bermacam tehnologi pabrikan, seperti bor duduk serta mesin grafir. Dengan spesial, mesin grafir makin mendukung pembuatan patung dengan tingkat detil yang tinggi.

“Tenaga penggerak listrik makin banyak dipakai, tidak hanya mesin diesel. Perajin makin bebas berkreatifitas untuk membuahkan produk seni bermutu,” sebut pengusaha.

Dekade ini diikuti dengan persilangan produk. Seputar Tahun 2000 contohnya, ada trend produk marmer dipadukan dengan kerajinan cor logam dari wilayah Klaten serta Sukoharjo Jawa Tengah. Persilangan produk ini benar-benar disukai pasar.

Tidak hanya cor logam, marmer banyak juga dipasangkan dengan kerajinan jati ukir dari Jepara. Persilangan produk ini dapat mengorbitkan harga sampai 3x lipat. Tetapi sedikit perajin Jepara yang ingin bekerja bersama dengan pengrajin marmer Tulungagung yaitu ratumarmer.

Selanjutnya produk kombinasi cor logam serta marmer yang paling bertumbuh. Disamping itu diketemukan mesin gergaji jalur, yang membuahkan variasi produk marmer jalur. Dari pencarian pengusaha, mesin jalur pertama-tama diperkenalkan oleh perajin namanya Aris dari Buret , Desa Sawo, Kecamatan Campurdarat .

Bertepatan dengan itu, diketemukan variasi marmer bakar. Marmer yang dibakar ini menimbulkan motif tersisa jilatan api di permukaannya, sekaligus juga mengubah warnanya. Kreasi ini banyak disukai customer luar negeri.

Tahun 1998 mulai dikenalkan pembuatan batu sistem chemist, terutamanya untuk produk yang memiliki kandungan huruf atau lambang. Dengan pertolongan computer, macam huruf serta lambang gampang dibuat. Pengerjaan produk prasasti marmer ikut ikut sebab tehnologi ini.

Dekade ke-5, semenjak 2002 sampai saat ini, tehnologi pembuatan sedikit beralih. Tetapi mode design alami perubahan cepat. Serta perajin mulai memakai tenaga desainer. Variasi produk lama mulai tergeser, kalah dengan produk perancangan beberapa desainer.

“Saat ini banyak konsumen di luar negeri yang hadir bawa desain ke Tulungagung. Mereka meminta bentuknya dibuat di sini,” kenang pengusaha.

Pada saat ini perajin banyak kerjakan produk berdasar pesanan. Buntut dari jalinan langsung dengan customer, beberapa perajin dituntut kerja dengan tenggat waktu serta ketelitian tinggi. Intinya customer luar negeri yang memerhatikan detil serta ukuran.

Pengusaha memvisualisasikan, Tahun 90-an design produk yang sama dapat memiliki ukuran yang tidak sama di antara 1/2 sampai satu cm. Keadaan itu masih dapat diterima oleh pasar.

Tetapi saat ini, semua produk harus ditangani presisi dengan toleransi dibawah satu milimeter. Di masa tehnologi info ini, pemasaran produk marmer bertumbuh. Perajin tidak memercayakan showroom, tetapi telah memakai internet.

“Semakin terbukanya pasar export tuntut perajin makin profesional. Kualitas bagus serta macam design tidak terbatas juga,” pungkasnya.

Leave a Comment